Ra’ina, Undzurna: Awas Ditipu Kepentingan Personal

Beberapa orang menengarai beberapa keributan yang terjadi adalah bersumber dari kepentingan Individu. Bisa jadi benar. Individu yang memiliki kepentingan mempovokasi masyarakat agar rusuh sehingga kepentinga-kepentingan pribadinya bisa tercapai karena rusuh tersebut. Akhirnya, rakyat kecil menderita sementara satu dua individu licik mencapai kepentingannya. Tentu sebagai rakyat kecil kita tidak mau demikian, hanya jadi tumbal. Maka, ada baiknya kita menyimak firman Alloh berikut,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa`ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih.” (al-Baqarah: 104).

Ayat ini turun berkaitan dengan sebuah kejadian di mana orang-orang Yahudi yang tidak menyukai Rasulullah mengucapkan ra’ina saat bertemu Rasulullah. Ra’ina dari kata Ri’ayah berarti gembalakanlah ata’u bimbinglah kami. Para sahabat mengikuti ini karena mengira maksud dari kata tersebut adalah demikian. Tetapi sesungguhnya ra’ina tersebut bisa berarti lain, artinya tukang gernbala kami. Dan bisa juga dari Ra’unah, yaitu orang yang berperangai buruk. Adapun yang dimaksudkan orang Yahudi yang tidak menyukai Rasulullah adalah arti yang terakhir, “orang yang berperangai buruk”.

Adapun para sahabat tidak mengetahui hal ini dan mereka mengikuti saja. Sehingga mereka telah terjerumus kepada tipu daya orang-orang yang benci tersebut. Maka Alloh mengingatkan mereka untuk mengganti ucapan mereka menjadi “undzurna” yang berarti  “lihatlah kami”. Adapun kata “undzurna” tidak bisa dibelokkan lagi artinya.

Kemudian ayat tersebut dilanjutkan dengan kalimat perintah “wasma’u!” yang berarti “dengarla!”. Agaknya Alloh menghendaki orang yang percaya pada-Nya untuk lebih jeli melihat segala fenomena. Jangan sampai karena mellihat sesuatu sepertinya bagus lalu kemudian ikut-ikutan. Hikmah yang lain, hendaklah orang-orang yang percaya pada Alloh lebih berhati-hati jika menerima suatu perkataan atau berita dari orang lain. Jangan sampai karena terburu-buru merespon suatu berita/perkataan karena menjadi terjerumus ke kepentingan orang lain yang sesungguhnya tidak ada manfaat sama sekali bagi dirinya pribadi (orang yang mengikuti).

Oleh karena itu, kita sebagai orang yang beriman pada Alloh seyogyanya untuk lebih teliti dalam menerima perkataan dari orang lain, siapapun ia, muslim atau non muslim, kerabat atau bukan, Indonesia atau londo. Bisa jadi dalam perkataan tersebut tersembunyi kepentingan peribadi yang tidak ada manfaatnya bagi kita pribadi. Jika kita tidak jeli dan ikut-ikutan kita kemudian menjadi merugi (secara duniawi dan atau ukhrowi). Secra ringkasnya jauhilah sikap membebek, mengikuti tanpa ilmu yang terang, karena sikap demikian cenderung menjatuhkan kita ke jebakan kepentingan peribadi segelintir orang.

Maka, jika kita menerima suatu perkataan cermati dahulu, jangan langsung di telan bulat. Perhatikan apakah itu adalah bermanfaat bagi kita peribadi (ibadah pada Alloh, untuk kemajuan bangsa, untuk kebaikan bersama) ataukah di balik perkataan tersebut tersembunyi kepentingan segelintir orang (entah itu  ufo, kribo, tunjang, palsu, panu, guna-guna, ataukah ikan dan kokom). Kalo cuma kepentingan segelintir orang saja, cuekkan saja perkataan tersebut dan cari perkataan lain. Cuekkan ra’ina dan cari unzurna. Wallohu a’lam.

Ra’ina, Undzurna: Awas Ditipu Kepentingan Personal

3 pemikiran pada “Ra’ina, Undzurna: Awas Ditipu Kepentingan Personal

  1. betul, sepakat mas cahyo. setauku dulu ada filusuf yunani (aristoteles ato siapa gitu) bicara pada teman e yg mau menyampaiakan kabar berita kepadanya. Si filusuf itu lalu tanya pada teman e,”apakah kabar itu ada hubungan dg ku?” temen e jawab, “tidak”. Lalu dia tanya lagi, “Apa dalam kabar/berita itu terkandung keburukan seseorang?” temen e jawab lagi,”iya kabar/berita ini menceritakan aib seseorang” Lalu si filusuf itu bertanya lagi,”apa kamu yakin dg berita itu?” temen e jawab, “tentu tidak, aku cuma dengar dari orang saja”. Akhirnya si filusuf itu berkata,”maaf, tapi saya tidak mau mendengar kabar tersebut”

    *kira2 begitu….

    Suka

Tinggalkan komentar