Catatan Kontroversi Serial Muhtesem Yuzyil (Abad Kejayaan)

Serial Abad Kejayaan yang dahulu judulnya adalah King Suleiman ditentang oleh sebagian orang. Hingga tulisan ini mulai dibuat (28/12/2014) serial tersebut masih di tayangkan di ANTV setiap hari Senin-Jum’at jam 22.00 WIB. Entah kontroversinya masih berlanjut hingga sekarang atau tidak, saya tidak online selama beberapa hari ini. Terakhir online, terdapat dua tulisan yang saya temukan yang menghujat serial Abad Kejayaan. Dua tulisan tersebut dari laman Bersama Dakwah.

Tulisan pertama inti poinnya adalah serial Abad Kejayaan merusak citra daulah Islam: Sultan Suleyman adalah orang soleh (suci?) sementara di serial Sultan Suleyman digambarkan tidak bermoral. Penulis menyimpulkan pembuat serial ada intensi, karena bahasa yang digunakan adalah “propaganda”, untuk merusak citra Islam. Tulisan kedua tentang 10 dosa serial Abad Kejayaan. Untuk tulisan kedua tersebut saya tidak begitu menangkap karena saya sudah emosi memandang judul penghakiman yang dipasang penulisnya. Seolah dia Alloh yang bisa menentukan dosa pahala seseorang. Yang saya tangkap dari bacaan sekilas saya atas tulisan tersebut, hampir sama dengan tulisan pertama. Bahwa dalam Istana Topkapi itu syariah Islam dijalankan secara sempurna sehingga Sultan tidak tidur dengan selain isterinya. Semua perempuan di istana mengenakan hijab.

Terus terang saya adalah orang yang senang menonton serial Abad Kejayaan yang aslinya bernama Muhtesem Yuzyil. Kenapa? Karena ini. Saya juga menyerukan kepada orang-orang yang senang nonton karya pertunjukan peran untuk menontontnya. Maka saya jadi emosional saat ada orang yang menggiatkan pelarangan pemutaran serial tersebut. Saya emosi selain karena penolakannya juga karena alasan penolakannya.

Sulit mendiskusikan penolakan tersebut karena standar yang digunakan tidak jelas. Misal, soal alasan bahwa serial Abad Kejayaan telah merusak citra Daulah Islam. Kita perlu mempertanyakan citra baik itu atas standar apa? Kebiasaan manusia, syariat Islam, atau humanisme, atau budaya Turki, atau yang lain? Memilih standar yang berbeda akan menghasilkan penilaian yang berbeda atas suatu tampilan. Dandanan perempuan Istana Topkapi bisa jadi mendapat citra positif dalam pandangan budaya Turki, atau humanism, tetapi bisa juga mendapat pandangan negatif dari sisi syariat Islam.

Menggunakan standar syariat Islam untuk menilai tampilan citra akan memunculkan berbagai tema diskusi lain. Dandanan dan sikap yang tidak sesuai syariat (yang dikatakan dimaksudkan untuk merusak citra daulah Islam dalam serial Abad Kejayaan) sering juga terlihat di acara televisi lainnya yang katanya Islami. Menjadi pertanyaan, kenapa muncul orang-orang yang atas nama Islam menentang habis-habisan serial Abad Kejayaan yang tidak pernah menyematkan label Islami pada dirinya dan membiarkan pertunjukan yang katanya Islami menampilkan perilaku dan hal-hal yang tidak sesuai syariat? Ini menurut saya sama saja dengan memaksa seorang non-muslim untuk shalat sementara seorang da’I yang tidak shalat dibiarkan.

Jika menggunakan standar barat, justru serial Abad Kejayaan ini cukup member kesan positif terhadap daulah Islam. Perempuan Sultan yang digambarkan cantik dan terawat, diajarkan tata krama istana, dan diperlakukan dengan baik oleh Sultan. Demikian juga jika standar yang digunakan adalah humanism. Bahkan dalam dua standar tersebut, termasuk standar syariat Islam, ISIS dan Taliban Pakistan justru lebih merusak citra Islam. Membunuh orang tak bersenjata, bahkan muslim dan anak-anak. Tetapi mengapa tidak terlihat halauan terhadap orang-orang itu? 😦

Setelah memilih standar citra, muncul tema lain yaitu akurasi sejarah. Ada tulisan sedikit tentang sejarah Sultan Suleyman di sini. Sangat mungkin versi sejarah di link tersebut sangat berbeda dengan tulisan lain tentang Sultan Suleyman karena memang sejarah selalu banyak versi. Mustahil bagi suatu film documenter sekalipun untuk menyajikan fakta akurat tentang suatu peristiwa sejarah. Apalagi bagi serial Abad Kejayaan yang tidak bermaksud menjadi serial documenter. Sejak awal, telah dituliskan bahwa serial ini ingin menceritakan fiksi tentang kehidupan Istana Topkapi di masa Sultan Suleyman I Han dari Dinasti Ottoman. Jadi, jangan harap mendapatkan gambaran nyata. Walaupun tidak bermaksud menjadi serial documenter tetapi Taylan bersaudara telah menyewa ahli seorang Doktor untuk menjadi penasehat bidang sejarah dalam serial ini. Artinya, bisa dilihat ada itikad baik untuk menghindari distorsi sejarah yang keterlaluan.

Menjadi keprihatinan saat ada yang mengatakan bahwa “serial Abad Kejayaan ini penuh dengan distorsi sejarah karena perilaku yang tidak sesuai syariat yang ditunjukkan oleh Sultan dan para penghuni Istana Topkapi”. Bagi yang mengatakan demikian saya ingin menasehati agar membaca ulang sejarah (kalau malas search di Wikipedia) tentang Sultan Suleyman apakah beliau selalu bertindak-tanduk sesuai syariat Islam. Jangan sampai kita menuduh orang mendistorsi sejarah hanya karena ilusi kita tentang sosok khalifah dan rumahnya. FYI: Saya pernah membaca di terjemahan Tarikhul Khulafa’, seorang khalifah Bani Abbasiyah pernah lebih asyik dengan budak laki-lakinya daripada mengurus kegentingan situasi akibat serangan Bangsa Mongol. Jadi seorang khalifah belum tentu khalifah rasyid (selalu mendapat petunjuk).

Saya rasa, jabaran di atas sangat cukup untuk membantah alasan permintaan penghentian penayanganan Abad Kejayaan di ANTV. Citra dan akurasi, alasan yang dikemukakan telah terjawab. Kesimpulannya tidak ada alasan kuat untuk menghentikan penayangan serial Abad Kejayaan di ANTV. Mungkin saja ada alasan terselubung di balik permintaan penghentian penyanganan Abad Kejayaan. Alasan rahasia itu mungkin seperti di sini.

Catatan Kontroversi Serial Muhtesem Yuzyil (Abad Kejayaan)

2 pemikiran pada “Catatan Kontroversi Serial Muhtesem Yuzyil (Abad Kejayaan)

Tinggalkan komentar