Iron Lady: Ironi Seorang Perempuan Baja

Margareth Tetcher (MT) adalah Perdana Menteri Perempuan Pertama yang menjabat di UK dan merupakan Perdana Menteri terlama yang menjabat di masa modern Inggris hingga sekarang. Ia dikenal sebagai Perempuan Baja atau Perempuan Bertangan Besi (Iron Lady) berkait dengan julukan yang diberikan oleh USSR (Sovyet) padanya. Dalam kebijakan politiknya MT memang selalu teguh pada pandangannya dan seolah tidak bisa menerima pendapat orang lain. Ia akan melaksanakan keputusannya dengan teguh meski banyak suara miring menentangnya.

Iron Lady dimulai dari adengan seorang nenek tua yang tertatih membeli susu di toko serba ada dekat rumahnya. Sesampainya di rumah ia berbincang dengan suaminya, yang dalam sekejap mata menghilang dari pandangan. Saya dan mungkin orang lain yang menonton film ini tidak menyangka jika si nenek tersebut adalah MT alias Margareth Tethcher, seorang perempuan yang kuat dan berkuasa di masanya.

Iron Lady tidak menggunakan alur cerita mengalir ke depan, melainkan bolak balik antara masa sekarang dengan masa dulu. Cerita mengalir dari ingatan-ingatan MT yang bolak balik menghampiri pikirannya yang sudah menua. Cerita dan sorotan utama dalam film ini justru adalah masa tua MT yang bergulat dengan kebosanan akan kesendirian, semangat politik yang masih menyala, dan kenangan-kenangan yang menganhampiri baik indah maupun jelek.

Sejarah hidup Maggie, sapaan akrab MT saat ia menjabat Perdana Menteri (PM) UK, menjadi latar pelengkap untuk memberikan kesan yang pas kepada kita akan persaan MT saat ia bergulat dengan jiwanya yang menua.

Kisah MT yang dimulai dari masa gadisnya yang dikekang ambisi menjadi penjelas utama mengenai karakter dasar MT yang tidak pernah berhenti pada satu titik pencapaian dan tidak pernah mau kalah dari lelaki. Kungkungan ambisi yang di”paksakan” oleh ayah menjadi latar yang bagus untuk menjelaskan mengapa MT selalu merasa gugup (menggerak-gerakkan jemrinya) dalam berbagai situasi genting, seolah perlu pegangan. Kebutuhan akan pegangan inilah yang menjadi alasan kemunculan suaminya dalam berbagai kesempatan (sebagai teman khayalan atau delusi?) walaupun sang suami telah wafat.

Hubungan MT dengan anak kembarnya tidak begitu baik dijelaskan dengan apik dalam gambaran ingatannya akan interaksi dengan anaknya di masa kecil mereka maupun masa remaja. Saat MT akan menuju Gedung Parlemen Inggris untuk pertama kalinya karena terpilih sebagai senat, digambarkan MT dengan tegar (tega?) meninggalkan dua buah hatinya yang menangis mengejar mobilnya yang berjalan dingin. Saat putrinya remaja, MT mengajari sang putri cara mengemudi yang kemudian diketahui adalah proses MT untuk memikirkan keputusannya manju sebagai PM. Hal ini sangat membuat marah putrinya tersebut. Dua adegan tersebut cukup terang bagi saya sebagai alasan kesendirian MT di masa tuanya. Memang putrinya, Carol, sering datang tetapi mereka tidak tinggal bersama.

Dua adegan tersebut (MT meninggalkan anaknya yang berlari mengejarnya dan Carol marah karena MT “memanipulasi” kegiatan belajar menyetir Carol) juga sangat menjelaskan kesendirian MT (atau kemandiriannya?) sehingga akhirnya di masa tuanya MT perlu bersandar pada suaminya yang telah wafat.

Gambaran cerita utama tentang masa tua MT yang sepi dan kilatan masa lalunya yang gemilang menjadi gambaran jelas tentang ironi MT. Gemilang di masa lalu tetapi sendiri di masa tua. Dialog-dialog yang dihadirkan di akhir juga menyajikan Ironi MT, untuk apa ia bekerja keras selama ini? Untuk kesejahteraan anak-anaknya? Nyatanya secara psikologis anak-anaknya jauh darinya. Untuk nama besar? Ia memang dikenang tetapi ia tetap sendiri dan hanya berteman gambaran suaminya yang selalu muncul. Gambaran ketergantungannya yang sangat pada suami, bahkan setelah suaminya wafat, menunjukkan ironi MT yang lain, ia seolah sekuat baja, padahal ia juga butuh tempat bersandar seperti manusia lainnya.

Closing song berupa instrumental Ave Maria memberikan kesan bahwa film ini ingin menggambarkan MT sebagai ibu yang menderita, Mater Dolorosa. MT adalah ibu yang berjuang dan menderita. Ia mulia dan dikenal orang, tetapi ia tetap menderita, yaitu kesendirian dan kekosongan yang menyiksa. Wallohu a’lam.

Sekedar tambahan, saat menonton Iron Lady, saya melihat gambaran orang tua yang merasa kesepian dan menyedihkan di sepanjang cerita. Ya, manusia semakin tua semakin merasa kesepian. Oleh karena itu baik jika anak-anak memutuskan tinggal dekat dengan orang tuanya yang telah lanjut usia. Untuk menemani mereka. Hal lain yang saya tangkap adalah gambaran bahwa seorang pejabat publik, terlebih pemimpin besar, akan merasa tersiksa dengan kesendirian mereka di masa tua. Contoh nyatanya di bangsa kita adalah Bung Karno. Ya, sepanjang film sering kali saya teringat Bung Karno. Di akhir masa hidunya, rezim berkuasa mengisolasi Bung Karno dari orang-orang. Hal ini membuatnya merasa sendiri dan tersiksa dengan kesendirian tersebut. Siksa kesendirian inilah yang mempercepat tutup usianya beliau, begitu kata beberapa orang.

BTW: thanks to Dhln yg telah mentraktir 🙂

Iron Lady: Ironi Seorang Perempuan Baja

6 pemikiran pada “Iron Lady: Ironi Seorang Perempuan Baja

    1. cahyosetiadi berkata:

      kalo Ataturk yang keluar, bisa memicu kontroversi di seluruh dunia Islam. Mungkin sulit tembus Indonesia. Tapi kehidupan pribadinya memang menarik dilihat. Saya rasa, kehidupan pribadinya mirip dengan MT, tetapi dari segi lelaki. Ia sepertinya lelaki kesepian. Kono Mad, jadi produsere, nanti aku jadi script writernya wis… :))

      Suka

  1. super sekali, abah cahyo.. sebuah review film yg memberikan gambaran yg detail akan sebuah film. membuat aku pingin menontonnya sendiri. dan kebetulan sekali, postingan ini berkaitan erat dengan posting terbaru blog-ku.. kalau boleh tau, Iron Lady iini film yg diproduksi tahun berapa ya? usul sy dlm postingan ini dicantumkan tahun produksinya, rumah produksinya, dan pemeran utamanya siapa? syukur2 ada image profil film-nya, hehe 😀

    btw, puas dah baca postingan ini.. congratulations, abah cahyo.. ^_^

    Suka

    1. cahyosetiadi berkata:

      terimakasih sahabtku Zen yang Superb. usulnya dipertimbangkan. tapi sebenarnya tulisan ini bertujuan lebih kepada menghayati filemnya, bukan revie film. oleh karena itu tidak ada sinopsis dan data film lengkapnya. Iron Lady ini film baru, film tahun 2011. 2012 baru tayang di Indonesia. Pemain utamanya adalah Maryl Streep, memenangi Golden Globe untuk perannya di sini. Untuk yang lainnya, googling sendiri ya Mas Zen 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar